Rabu, 05 Januari 2011

Semuanya karena sedekah

Sedekah, sering kali kita mendengar kata-kata itu, banyak pula kita mendengar pengalaman orang-orang yg tertolong dan terbantu kesulitannya karena sedekah. Belum lagi kampanye hidup berkah dengan sedekah yg getol disampaikan oleh ustd Yusuf Mansur. Sangking pentingnya, pa ustadz sampai buat filmnya segala.

Untukku pribadi sedekah sangat berperan penting, setidaknya kehadiran Kaisar ku percaya sebagai salah satu efek barokah sedekah.

Berikut ini beberapa cerita pengalaman pribadi berkaitan dengan keajaiban sedekah :

1. Kehamilan yang tak terduga

Genap 5 thn aku menunggu kehadiran buah hati, alhamdulillah akhirnya rezeki tsb datang padaku dgn cara yg sama sekali tak terduga. Berawal dari rencana hajatan pernikahan adikku. Seperti orang yg hendak menggelar hajatan lainnya, maka kami pun tertimpa banyak ujian. Diantaranya dana yg semula diharapkan dapat cair ternyata tak kunjung turun, akhirnya kami sekeluarga ikut puter otak untuk membantu adik yg saat itu lumayan down karena diterpa berbagai ujian. Dengan menguras tabungan akupun urun rembuk.

Tepat di hari pernikahan adikku itu, aku mengalami rasa 'mabok' yg tak biasa, ku pikir hanya masuk angin disertai magh yg kambuh. Di diamkan sehari dua hari hingga dua pekan berlalu belum juga sembuh, akhirnya aku memaksakan diri berobat ke dokter UKS dan dari situ disarankan untuk memeriksa urin karena dokter curiga aku hamil, dan benarlah. Hari itu, dihari raker pertama tepat jam 12 siang aku menjerit kaget campur senang tak kepalang demi melihat tanda strip dua di test packku.

Alhamdulillah masa-masa kehamilanku berjalan dengan normal tanpa ada sesuatu yg mengkhawatirkan. Hingga menginjak pekan ke 38, hari itu hari ahad shubuh, aku mendapati bercak merah di pakaian dalamku. Dengan rasa berdebar aku memberitahukan orangtuaku dan disarankan untuk segera meluncur ke puskemas karena dikhawatirkan darah itu adalah tanda pembukaan rahim. Aku dan suami pun mluncur ke puskesmas. Melalui pemeriksaan dalam, bu bidan mengatakan bahwa aku belum akan melahirkan karena belum ada pembukaan.

Tunggu punya tunggu dengan disertai rasa cemas yg meninggi, sampai siang belum juga ada tanda-tanda kontraksi. Dalam penantianku, teringatlah aku akan banyak artikel dan film yang menceritakan tentang keajaiban sedekah, tanpa pikir panjang siang itu juga jalanlah aku ditemani mama untuk menemui seorang anak yatim yang sedang dirundung kesulitan biaya sekolah. Sedekah pun dikeluarkan dengan disertai do'a agar proses persalinanku mudah dan selamat.


Selang hampir 2 pekan belum juga ada tanda-tanda akan melahirkan, sampai suami berinisiatif mengintip dede lewat USG 4 dimensi untuk mengetahui keadaannya dengan lebih jelas. Hasil USG masih normal dan tidak ditemukan sesuatu yg mencurigakan. Hanya saja dokternya kaget melihat perutku yg menggelembung begitu besar, disangkanya aku mengandung anak kembar, setelah dilihat ternyata bayinya tunggal.

Kecemasan semakin meninggi seiring dengan usia kehamilan yang menginjak 40 pekan. Sesuai dengan jadwal aku kembali memeriksakan diri ke dokter. Begitu masuk ruangan, dokter kaget demi melihatku yang masih segar bugar belum ada keluhan kontraksi. Melalui pemeriksaan malam itu di dapati janinku ternyata belum juga turun panggul, masih menggantung (menurut USG 4 dimensi anakku terlilit tali pusar). Entah mengapa saat itu juga dokter mengambil keputusan cepat, aku harus menjalani operasi cesar keesokan paginya. Jadi malam itu juga kami prepare. Memang ada rasa deg degkan tapi itu tertutupi oleh kelegaan teramat sangat, kecemasanku terangkat dan digantikan oleh ketenangan. Malam sebelum operasi aku merasakan perutku bergejolak disertai dengan rasa lapar yg teramat sangat, dan tepat di waktu subuh aku mengalami kontraksi.

Kontraksi terus berlanjut sampai menjelang operasi, tapi meskipun begitu aku masih merasakan ketenangan, padahal sebelum operasi aku diharuskan mengikuti serangkaian persiapan yg semula begitu aku takuti (ambil darah, diinfus, ddipasang kateter, dll) tapi alhamdulillah rangkaian pemeiriksaan awal itu kujalani dengan tenang, tekanan darahku pun normal.

Singkat cerita saat operasi berlangsung, sayup-sayup aku mendengar seseorang berseru "bayinya laki-laki" dan terdengarlah suara tangisan bayi, kemudian semuanya semakin sayup, aku tertidur. Saat bangun, aku mendapati diriku masih di meja operasi dengan semua peralatan masih menempel di tubuhku. Ku pikir kok operasinya lama betul ya, ternyata seorang suster menjawab pertanyaanku tersebut. Diperlihatkannya padaku sebuah kantong plastik transparan, di dalamnya ada dua onggok daging dan cairan kuning, onggokan daging tersebut mirip seperti bakso tenis yang guede. Menurut suster daging itu adalah kista yang diangkat dari rahimku setelah kelahiran anakku.

Seluruh keluarga besarku lega bercampur bahagia melihat aku keluar dari ruang operasi dalam kondisi baik. Selanjutnya suami berceritalah tentang kekalutannya saatnya dipanggil suster untuk masuk ke ruang operasi, karena ternyata ditemukan dua buah kista di rahim kiriku. Anehnya kista itu tidak terdeteksi saat pemeriksaan USG 2 dimensi maupun 4 dimensi. Subhanallah wal hamdulillah, kembali ku percaya ini adalah bagian dari keajaiban sedekah. Tak terbayangkan jika aku melahirkan normal dengan kista itu masih di rahimku.

2. Selamat dari kecelakaan maut

Hari itu hari selasa yang biasa, semuanya berjalan seperti biasa, tak ada tanda or firasat aku akan mengalami kecelakaan. Sore itu, tepat pukul 15.00 WIB aku pulang melewati jalan dan angkot yang biasa. Semuanya biasa saja sampai ku lihat seorang ibu yang mengamen di jalan yang biasa kulewati. Tanganku pun bergerak untuk merogoh uang kertas yang ada di saku tas, selembar uang lima ribuan yang kutemukan langsung kuberikan ke pada si ibu. Dalam hati tiba-tiba terbesit do'a "Ya Allah, selamatkan aku". Heran juga kenapa aku berdo'a seperti itu.

Di dalam angkot yang mengantarkanku pulang hanya ada dua orang penumpang, aku dan seorang anak lelaki. Sepanjang perjalanan aku termenung sendiri, banyak hal yang berkelebat di benakku, sampai ku lihat atap rumahku di kejauhan (rumahku tepat di pinggir jalan) aku pun bersiap turun dan mengetuk atap mobil sebagai tanda berhenti. Saat aku dalam posisi nungging (bangun dari posisi duduk ingin menuju pintu angkot) tiba-tiba terdengar suara hantaman keras, aku terguling dan jatuh duduk di depan pintu angkot. Masih dalam posisi terjatuh tiba-tiba aku merasa angkotnya meluncur ke depan menabrak sesuatu, aku dan anak laki-laki itu pun kembali terguling karena memang tidak sempat untuk pegangan pada sesuatu. Dalam keadaan gemetaran aku keluar angkot untuk mengetahui apa yang terjadi. Ternyata angkot yang ku tumpangi di tabrak mobil bak terbuka dari belakang. Mobil bak terbukanya ringsek di bagian depannya, kaca-kaca berhamburan di sepanjang jalan.

Sambil menenangkan diri dari shock, aku membayangkan kalau posisiku tepat di pintu angkot saat tabrakan itu terjadi, pastilah aku akan mengalami cidera yang parah, mungkin akan terlempar ke luar, terseret atau mengalami patah tulang. Subhanallah wal hamdulillah, itu semua tidak terjadi, hanya memar sedikit di bahu dan sedikit terkilir akibat jatuh mendadak. Sekali lagi aku menandai kejadian ini sebagai pertolongan Allah lewat sedekahku untuk ibu pengamen itu.



3. Sedekah berbuah kemenangan & keselamatan

Bulan Desember 2010 adalah bulan terberat buatku. Bagaimana tidak, aku akan ditinggalkan suamiku untuk berjuang di ajang IRO (International Robot Olympiad) di Queensland Australia selama 8 hari. Belum pernah aku ditinggal selama itu, untungnya kali ini ada Kaisar yang menemaniku, tapi sedih juga dikala bangun malam untuk menyusui dan tidak ada si mas yang mengelus punggungku. Disamping itu kerjaan kantor juga lagi ribet-ribetnya, aku terpaksa harus pulang jam 5 sore setiap hari untuk menyelesaikan tugas-tugasku.

Bersamaan dengan keberangkatan suamiku, adikku mengalami panas tinggi dan harus di larikan ke rumah sakit. Diagnosis dokter adikku terkena demam berdarah. Hari ketiga di rumah sakit adikku mengalami kondisi yang mengkhawatirkan ditandai dengan trombosit yang menurun drastis menyentuh angka 13000. Akhirnya terpaksa adikku masuk ruang semi ICU untuk mendapatkan perawatan intensif. Ditengah merisaukan kondisi adik yg drop, kami sekeluarga pun kebingungan mengumpulkan dana untuk menutupi biaya perawatan tsb, alhamdulillah dana tunjangan profesi guru cair dan bisa ku pergunakan untuk membantu biaya adik.

Sementara itu, suami yang mengikuti IRO sedang risau karena peluang menang sangat tipis, maklumlah saingannya negara-negara maju. Piala emas, perak dan perunggu sudah dibagi rata untuk negara-negara adidaya tersebut, dan tak menyisakan satupun untuk suamiku bawa pulang. Menjelang kepulangannya, suami mengabari bahwa anak bianaan yang beliau bimbing berhasil meraih technical award untuk robot creatifnya. Bangga sekali mendengar kabar itu, senang juga karena lomba sudah berakhir dan suami akan segera pulang. Tanggal 20 desember malam pesawat garuda yang membawa suami mendarat dengan selamat di bandara Soekarno-Hatta.

Tak lama sampai ditanah air, terdengar kabar bahwa propinsi Queensland tempat suamiku bermukim selama pertandingan, dilanda musibah banjir setinggi 9 meter yang merubah daratan Queensland menjadi danau. Subhanallah wal hamdulillah, tak terbayangkan jika suami masih ada di sana bertepatan dengan bencana banjir tersebut. Akhirnya aku benar-benar percaya, bahwa semua pertolongan, segala kemudahan dan sebuah kemenangan itu karena sedekah.

Gambar di ambil dari sini : http://www.herupurwanto.com