Minggu, 04 Oktober 2009

SEJENAK NGOMONGIN CINTA

*) Copas abis dari milis ... hehe

***

Assalamu'alaikum. Temen-temen punten, kita sejenak ngomongin cinta, ada satu cerita mantep tentang cinta, pas buat renungan sedikit. mungkin sebagian dah ada yang pernah baca, tapi buat ngerefresh ga masalah kan ya... Karena Cinta Tidak Selalu Harus Berwujud Bunga... Alkisah seorang istri mempunyai suami yang mempunyai sifat yang
sederhana, sang istri mencintai sifat suaminya yang alami dan juga
menyukai perasaan hangat yang muncul di perasaan suaminya, ketika dia
bersandar di bahunya yang bidang.

Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam masa pernikahan,
harus diakui, bahwa sang istri mulai merasa lelah, alasan-alasan dia
mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan.

Sang istri seorang wanita yang sentimentil dan benar-benar sensitif
serta berperasaan halus. Dia merindukan saat-saat romantis seperti
layaknya seorang anak yang menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak
pernah dia dapatkan lagi.

Sang suami jauh berbeda dari apa yang harapkan istrinya. Rasa
sensitif-nya kurang. Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana
yang romantis dalam pernikahan mereka telah mementahkan semua harapan
sang istri akan cinta yang ideal.

Suatu hari, sang istri beranikan diri untuk mengatakan keputusannya kepada sang suami, bahwa dia menginginkan perceraian.

"Mengapa?", tanya sang suami dengan terkejut.

"Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya inginkan," jawab sang istri.

Sang suami terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya,
tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak.

Kekecewaan sang istri semakin bertambah, ketika seorang pria, suaminya
yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, "Apalagi yang bisa
saya harapkan darinya?", tuturnya dalam hati.

Dan akhirnya sang suami saya bertanya, "Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah pikiran kamu?"

Sang istri menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan, "Saya
punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam perasaan
saya, saya akan merubah pikiran saya."

Lalu sang istri melanjutkan, "Seandainya, saya menyukai setangkai bunga
indah yg ada di tebing gunung. Kita berdua tahu jika kamu memanjat
gunung itu, kamu akan mati. Apakah kamu akan memetik bunga itu untuk
saya?"

Sang suami termenung dan akhirnya berkata, "Saya akan memberikan
jawabannya besok." Perasaan sang suami langsung gundah mendengar
responnya.

Keesokan paginya, sang suami tidak ada di rumah, dan ternyata sang
istri menemukan selembar kertas dengan oret-oretan tangan sang suami
dibawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan ......

"Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya."

Kalimat pertama ini menghancurkan perasaan sang istri.
Sang istri melanjutkan untuk membacanya.

"Kamu selalu pegal-pegal pada waktu 'teman baik kamu' datang setiap
bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kaki kamu
yang pegal."

"Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu kuatir kamu akan menjadi
'aneh'. Saya harus membelikan sesuatu yang dapat menghibur kamu di
rumah atau meminjamkan lidah saya untuk menceritakan 'hal-hal lucu'
yang saya alami."

"Kamu selalu terlalu dekat menonton televisi, terlalu dekat membaca
buku, dan itu tidak baik untuk kesehatan mata kamu. Saya harus menjaga
mata saya agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat menolong
mengguntingkan kuku kamu dan mencabuti uban kamu."

"Tangan saya akan memegang tangan kamu, membimbing kamu menelusuri
pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan
warna-warna bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajah kamu."

"Tetapi Sayang, saya tidak akan mengambil bunga indah yang ada di
tebing gunung itu hanya untuk mati. Karena, saya tidak sanggup melihat
air mata kamu mengalir."

"Sayang, saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintai kamu lebih
dari saya mencintai kamu. Untuk itu Sayang, jika semua yang telah
diberikan tangan saya, kaki saya, mata saya tidak cukup buat kamu, saya
tidak bisa menahan kamu untuk mencari tangan, kaki, dan mata lain yang
dapat membahagiakan kamu."

Air mata sang istri jatuh ke atas tulisannya dan membuat tinta pada
surat itu menjadi kabur, tetapi sang istri tetap berusaha untuk terus
membacanya.

"Dan sekarang, Sayang, kamu telah selesai membaca jawaban saya. Jika
kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkan saya untuk
tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang
sedang berdiri di sana menunggu jawaban kamu."

"Jika kamu tidak puas dengan jawaban saya ini, Sayang, biarkan saya
masuk untuk membereskan barang-barang saya, dan saya tidak akan
mempersulit hidup kamu. Percayalah, bahagia saya adalah bila kamu
bahagia."

Sang istri segera berlari membuka pintu dan melihat sang suami berdiri
di depan pintu dengan wajah penasaran, sambil tangannya memegang susu
dan roti kesukaannya.

Menangislah sang istri dengan penuh sesal dan haru.

Oh, kini sang istri tahu, tidak ada orang yang pernah mencintainya lebih dari suaminya mencintai dirinya.

Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur
hilang dari perasaan kita, karena kita merasa dia tidak dapat
memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu
sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita
bayangkan sebelumnya.

Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud tertentu.

Karena cinta tidak selalu harus berwujud "bunga".

Berbagi cerita dari sahabat untuk sahabat.
"An affair to forget" (diambil dari Notes facebook sahabat) Dea Tantyo Iskandar Be better Everyday - www.deatantyo. co.cc "Now surely by Allah's remembrance are the hearts set at rest"
Get your new Email address!
Grab the Email name you've always wanted before someone else does!

Tidak ada komentar: